Mengenai Saya

Jumat, 29 Juli 2016

ASTAGHFIRULLAH!!! Ini Azab Untuk Perempuan Yang Tidak Mau Berjilbab

Wahai saudariku, Kami mengingatkan sebuah pesan dari Nabi Kita, Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam tentang Hijab. Jangan menyesal kelak di hari kiamat, bila anda tidak mau membaca dan mentaati nasehat ini. 
 
Bismillaahir Rahmaanir Rahiim...
①. Azab buat perempuan yang membuka rambut kepalanya selain suaminya adalah;
‘‘Rambutnya akan digantung dengan api Neraka sehingga mendidih otaknya dan ini terjadi sampai berapa lama ia di dunia semasa hidupnya belum menutup rambut kepalanya...!!!’’

②. Azab buat perempuan yang suka berpakaian 5ek5i dan menonjolkan dadanya adalah;
‘‘Digantung dengan rantai api neraka dimana dada dan pusatnya diikat dengan api neraka serta betis dan pahanya diberikan panggangan seperti manusia memanggang kambing di dunia dan api neraka ini sangat memedihkan perempuan ini...!!!’’

③. Azab buat perempuan yang suka menjadi penggoda dan berusaha menggairahkan pria lain dengan tubuhnya yang aduhai adalah;
‘‘Perempuan ini mukanya akan menghitam dan memakan isi perutnya sendiri...!!!’’
(H.R. Imam Bukhari dan Muslim).

Rasulullah bersabda, “Para wanita yang berpakaian tetapi (pada hakikatnya) telanjang, lenggak-lengkok, kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tiada mencium semerbak harumnya (HR. Abu Daud) Rasulullah bersabda, “Tidak diterima sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab) (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)

Penelitian ilmiah kontemporer telah menemukan bahwasannya perempuan yang tidak berjilbab atau berpakaian tetapi ketat, atau transparan maka ia akan mengalami berbagai penyakit kanker ganas di sekujur anggota tubuhnya yang terbuka, apa lagi gadis ataupun putri-putri yang mengenakan pakaian ketat-ketat. Majalah kedokteran Inggris melansir hasil penelitian ilmiah ini dengan mengutip beberapa fakta, diantaranya bahwasanya kanker ganas milanoma pada usia dini, dan semakin bertambah dan menyebar sampai di kaki. Dan sebab utama penyakit kanker ganas ini adalah pakaian ketat yang dikenakan oleh putri-putri di terik matahari, dalam waktu yang panjang setelah bertahun-tahun. Dan kaos kaki nilon yang mereka kenakan tidak sedikitpun bermanfaat didalam menjaga kaki mereka dari kanker ganas. Dan sungguh Majalah kedokteran Inggris tersebut telah pun telah melakukan polling tentang penyakit milanoma ini, dan seolah keadaan mereka mirip dengan keadaan orang-orang pendurhaka (orang-orang kafir Arab) yang di da’wahi oleh Rasulullah. Tentang hal ini Allah berfirman: “Dan ingatlah ketika mereka katakan: Ya Allah andai hal ini (Al-Qur’an) adalah benar dari sisimu maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih” ( Q.S. Al-Anfaal:32)

Dan sungguh telah datang azab yang pedih ataupun yang lebih ringan dari hal itu, yaitu kanker ganas, dimana kanker itu adalah seganas-ganasnya kanker dari berbagai kanker. Dan penyakit ini merupakan akibat dari sengatan matahari yang mengandung ultravioletdalam waktu yang panjang disekujur pakaian yang ketat, pakaian pantai (yang biasa dipakai orang-orang kafir ketika di pantai dan berjemur di sana) yang mereka kenakan. Dan penyakit ini terkadang mengenai seluruh tubuh dan dengan kadar yang berbeda-beda. Yang muncul pertama kali adalah seperti bulatan berwarna hitam agak lebar. Dan terkadang berupa bulatan kecil saja, kebanyakan di daerah kaki atau betis, dan terkadang di daerah sekitar mata; kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuh disertai pertumbuhan di daerah-daerah yang biasa terlihat, pertautan limpa (daerah di atas paha), dan menyerang darah, dan menetap di hati serta merusaknya.

Terkadang juga menetap di sekujur tubuh, diantaranya: tulang, dan bagian dalam dada dan perut karena adanya dua ginjal, sampai menyebabkan air kencing berwarna hitam karena rusaknya ginjal akibat serangan penyakit kanker ganas ini. Dan terkadang juga menyerang janin di dalam rahim ibu yang sedang mengandung. Orang yang menderita kanker ganas ini tidak akan hidup lama, sebagaimana obat luka sebagai kesempatan untuk sembuh untuk semua jenis kanker (selain kanker ganas ini), dimana obat-obatan ini belum bisa mengobati kanker ganas ini.

Dari sini, kita mengetahui hikmah yang agung anatomi tubuh manusia di dalam perspektif Islam tentang perempuan-perempuan yang melanggar batas-batas syari’at. yaitu bahwa model pakaian perempuan yang benar adalah yang menutupi seluruh tubuhnya, tidak ketat, tidak transparan, kecuali wajah dan telapak tangan. Dan sungguh semakin jelaslah bahwa pakaian yang sederhana dan sopan adalah upaya preventif yang paling bagus agar tidak terkena “adzab dunia” seperti penyakit tersebut di atas, apalagi adzab akhirat yang jauh lebih dahsyat dan pedih. Kemudian, apakah setelah adanya kesaksian dari ilmu pengetahuan kontemporer ini -padahal sudah ada penegasan hukum syari’at yang bijak sejak 14 abad silam- kita akan tetap tidak berpakaian yang baik (jilbab), bahkan malah tetap bertabarruj???

( Sumber: Al-I’jaaz Al-Ilmiy fii Al-Islam wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah, Oleh: Muhammad Kamil Abd Al-Shomad ) 
Arrahmah.com

Percayalah Bahwa Allah Telah Berjanji Menambah Rezeki Bagi Orang Yang Menikah



Satu tujuan yang menjadi mimpi setiap orang adalah bersanding di pelaminan dengan pasangan idaman. Apalagi jika jumlah umur sudah semakin banyak, rasanya ada harap-harap cemas terus menggelayut dikepala setiap malam. Namun tak bisa dipungkiri, bahwa selalu ada beberapa masalah krusial yang seringkali menerpa sebagian orang untuk menyegerakan berlayar dalam bahtera rumah tangga. salah satunya adalah masalah dompet. Ya! Keuangan.

Masalah keuangan adalah salah satu faktor yang membuat banyak orang merasa takut membina rumah tangga dengan pasangan yang telah mereka agung-agungkan. Membiayai diri sendiri saja sudah jungkir balik apalagi membiayai anak dan istri? Jangan panik dulu tapi. Perkara rezeki sudah diatur oleh Allah. Tinggal bagaimana cara kita menjemputnya.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengayakan mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” Q.S An-Nur:32)

Ayat tersebut telah jelas menyatakan bahwa dengan menikah maka Allah akan membantu memberikan rezeki untuk anak dan istri. Percayalah bahwa perkara rezeki adalah hal yang sangat mudah bagi Allah. Menghidupkan orang mati saja Allah bisa, apalagi hanya memunculkan rezeki dari arah yang tak pernah sekalipun kita duga.

Jadi jangan pernah takut tak bisa mencukupi anak dan istri kelak. Istri dan anak mempunyai rezeki masing-masing, dan jika dikumpulkan maka akan menyatu dengan rezeki suami. Kita hanya perlu berdoa, percaya dan lakukan ikhtiar semampu kita bisa. Ingat, bahwa Allah tak akan pernah merubah nasib suatu kaum, sebelum kaum tersebut berusaha untuk mengubahnya.

Disangka Baca Komik, Ternyata Tukang Bakso Ini Lagi Baca Al-Qur'an

Media sosial memang menjadi lahan untuk mendapatkan inspirasi maupun pembelajaran yang sangat berharga jika kita semua mau mentafakurinya.




Salah satu yang kini tengah ramai dibicarakan di media sosial adalah seorang tukang bakso ikan yang fotonya tersebar sehingga menjadi viral. Bukan lantaran kemasan dagangannya yang unik ataupun citarasanya yang variatif, melainkan aktivitas yang dilakukan selama menunggu pembeli.

Pedagang bakso ikan ini memiliki caranya sendiri untuk menghilangkan letih dan jenuh sebelum pembeli berdatangan dimana kebanyakan pelanggannya adalah anak sekolah yang sedang istirahat atau pulang. Umumnya para pedagang lain akan mengobrol, mendengarkan musik ataupun mengisi teka-teki silang.

Pedagang yang duduk sambil menghadap barang dagangannya tersebut ternyata sedang membaca Al Qur’an. Sekilas ada yang menyangka bahwa tukang bakso ikan tersebut sedang membaca komik karena sangat jarang terlihat ada pedagang yang meluangkan waktu untuk membaca Al Qur’an di area selain masjid.

Akun yang mengunggahnya bernama Andi Teposs dimana bersamaan dengan foto tersebut, ia menulis:

“Bapak penjual bakso ikan itu saya kira dia sedang membaca buku biasa, namun ternyata dia sedang membaca Al Qur’an. Dia adalah pedagang baso ikan yang saya temui di depan SMK pariwisata Jalan Perjuangan,” tuturnya.


Sebuah pemandangan yang cukup langka mengingat banyak pedagang yang berusaha mengisi waktunya semaksimal mungkin agar barang dagangannya cepat laku dan melupakan ibadahnya sebagai seorang muslim seperti berdzikir ataupun membaca Al Qur’an.

Berbagai komentar berupa doa pun memenuhi postingan Andi Teposs tersebut. Kebanyakan dari mereka mendoakan agar dagangan tukang bakso ikan itu cepat laris.

Baca Juga:


Semoga semakin banyak para pedagang yang mencontoh tukang bakso ini. Aamiin

Download Contoh Format Surat Keputusan Operator Sekolah Terbaru


Download Contoh Format Surat Keputusan Operator Sekolah Terbaru - Operator sekolah merupakan bagian terpenting dalam pengolahan data sekolah,baik data guru maupun data siswa.Oleh karena itu hendaknya operator sekolah harrus mempunyai kedudukan yang pas dan legal,agar dapat melakukan tugasnya dengan baik.Apalagi kita ketahui bersama berapa sih besaran gaji bulanannya,bahkan untuk membeli kebutuhan sehari-hari sangat kurang.

Kesejahteraan operator sekolah harusnya lebih di perhatikan lagi oleh kemendikbud,karena operator sekolah ini lah yang dapat dinamakan pahlawan tanpa tanda jasa sebenarnya.Oleh karena itu kami bagikan SK operator sekolah untuk memperkuat kedudukan operator sekolah di sekolah masing-masing.
Langsung saja berikut previewnya yang telah saya edit agar tampak menarik,untuk mengunduhnya silahkan link dibawah ini setelah gambar : 


Ingin Anak Shalih? Jadilah Orangtua Shalih

Anak Shalih

”Sesungguhnya aku sedang shalat, dan aku teringat dengan anakku, lalu kutambahkan lagi sholatku”. (Sa’id bin Musayyib)

Ada penggalan do’a yang nyaris tak pernah kita lewatkan setiap usai shalat. “Robbana hab lana min azwajina wa dzurriyatina qurrata ayun”, ya Rabb, karuniakan kami dengan menjadikan isteri serta anak kami penyejuk mata.”

Potongan munajat yang diambil dari surat Al-Furqan ayat 72 ini, setidaknya merupakan cermin, kita sangat ingin memperoleh keturunan yang baik. Seorang penjahat, pelaku kriminal, pezina, penipu, siapapun, pasti ingin anak keturunannya menjadi orang baik-baik. Itu suara nurani.

Saudaraku,

Harapan memiliki keluarga dan keturunan yang shalih, makin kuat. Terutama dengan tantangan zaman yang semakin keras menerpa nilai moral dan agama. “Anak-anakmu bukanlah anakmu, tapi mereka adalah anak zamannya,” begitulah ungkapan seorang penyair menggambarkan pengaruh zaman yang sangat mempengaruhi kepribadian anak.

Adalah seorang tabi’in bernama Sahal At-Tastari berjanji kepada Allah untuk anaknya saat isterinya masih mengandung anaknya. Ia mengajak anaknya untuk beramal shalih dan berharap agar Allah memberi kehormatan kepadanya dengan anak shalih. Katanya, “Sesungguhnya aku berjanji kepada Allah, aku akan memelihara anakku sejak saat ini, ketika anakku masih dalam bentuk benih atau janin, sampai nanti kelak Allah membangkitkan mereka pada alam kehidupan yang nyata.” (Hasyiyah Ibnu Abidin 1/35).

Mendidik anak dan keluarga untuk tetap berada dalam jalan hidayah Allah sebenarnya banyak bertumpu pada bagaimana kualitas ketakwaan dan keshalihan orang tua. Allah berfirman dalam surat at-Tahrim ayat 6 yang artinya, “Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka,”

Disebutkan bahwa pemeliharaan itu berawal dari pemeliharaan terhadap diri sendiri (anfusakum), yaitu pihak orang tua. Setelah itu, barulah pemeliharaan itu diarahkan pada sanak keluarga (ahliikum).

Keshalihan orang tua juga ternyata memiliki akibat pada kebaikan keturunannya. Lihatlah jawaban Nabi Khidir ketika Nabi Musa as bertanya, “Kenapa ia menolak mengambil upah memperbaiki sebuah rumah yang hampir runtuh?” Jawaban Khidir adalah, “Kaana abuuhuma shalihan; adalah orang tua mereka itu orang shalih.” (Lihat QS. Al-Kahfi: 82).

Saudaraku,

Ketahuilah ada korelasi antara sikap kita kepada orang tua, dengan sikap anak kita kepada kita. Rasulullah saw pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang Ia tidak akan berbicara kepada mereka dihari kiamat, tidak akan mensucikan mereka dan tidak akan melihat mereka.” Sahabat bertanya, “Siapakah mereka itu ya Rasulullah?’ Rasul bersabda, “Mereka adalah orang yang tidak mau peduli dengan orang tuanya, membenci keduanya dan tidak mau peduli dengan anaknya.” (HR. Ahmad dan Tabrani).

Apa artinya? Kebaikan kita pada orang tua, juga punya hubungan dengan sikap baik anak kita kepada kita sendiri.

Pelajaran paling sederhana dari hal ini adalah nasihat Rasulullah yang berbunyi, “Birru aabaa akumyabirrukum abnaaukum; berbaktilah kalian pada orang tua kalian, niscaya anak keturunan kalian akan berbakti kepada kalian." (HR. Thabrani)

Saudaraku, begitulah.

Memperbaiki hubungan dengan orang tua menjadi sebab tidak langsung ketaatan dan keshalihan anak. Ini sunnah ilahiyah, ketetapan ilahi. Ibnu Hajar menyebutkan dalam Al Ishabah (1/312), bahwa Rasulullah saw bersabda, “Aku masuk surga dan aku mendengar seseorang yang membaca Al Qur’an. Aku berkata, “Suara siapa ini?” Malaikat menjelaskan bahwa itu adalah suara Haritsah bin Nu’man. Rasulullah lalu bersabda, “Itu karena sikap berbaktinya Haritsah.” Dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa Haritsah adalah pemuda yang paling berbakti pada ibunya.

Saudaraku, semoga Allah mengkaruniakan kekuatan pada kita untuk memikul tanggung jawab mulia ini.

Imam Ahmad meriwayatkan sebuah kisah, ketika ada seorang pemuda dalam keadaan sekarat. Rasulullah membimbingnya mengatakan “Laa ilaaha illallah”, tapi pemuda itu tidak bisa mengatakannya. Padahal, menurut orang-orang yang mengenalnya, pemuda itu termasuk orang yang rajin shalat. Akhirnya terbetik kabar bahwa ia mempunyai masalah pada Ibunya.

Mendengar hal itu, Rasul segera memanggil ibu pemuda tersebut. “Engkau lihat, aku sudah sediakan api yang menyala, bila engkau memaafkan anakmu maka akan kami biarkan dia, tapi bila tidak, kami akan bakar dia dengan api ini. Apakah engkau akan memaafkannya?” kata Rasulullah.

Naluri kasih sayang sang ibu pun tersentuh hingga ia mengatakan bersedia memaafkan anaknya. “Ya Allah, aku bersaksi pada-Mu, dan aku bersaksi kepada Rasul-Mu bahwa aku ridha dengan anakku."

Setelah itu barulah pemuda itu bisa mengatakan, Laa ilaaha illallah. Rasulullah bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka….”

Saudaraku,

Nikmat terindah bagi keluarga yang tumbuh dalam ketaatan adalah, Allah akan mempertemukan mereka di surga yang abadi. Allah swt berfirman. “Dan orang-orang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka.” (QS. Ath-Thur : 21). Demikianlah, keberadaan orang tua yang shalih bisa menjadi sebab masuknya anak-anak dan keluarga yang lain ke dalam surga.

Dalam Al I’tiqad, Imam Baihaqi meriwayatkan sebuah hadits dengan sanad kepada Ibnu Abbas. Bahwa setelah Allah menurunkan surat An-Najm ayat 39 yang artinya, “Tidak ada (pahala) bagi manusia kecuali sebatas apa yang diupayakannya”. Allah menurunkan pula surat Ath Thur ayat 21 “wa alhaqnaa bihim dzurriyatahum; Kami pertemukan mereka dengan keturunan mereka". Ibnu Abbas mengomentari bahwa yang membuat mereka dipertemukan itu adalah keimanan. “Allah memasukkan anak-anak dan keturunan itu ke surga, karena kebaikan dan keshalihan orang tua mereka“, begitu katanya.

Riwayat lain menyebutkan bahwa ayat “wa alhaqnaa bihim dzurriyatahum” itu berarti Allah swt mengangkat keturunan orang mukmin bersama orang tuanya dalam tingkatan yang sama di surga, meski mereka mungkin tidak sama amalnya dengan orang tua mereka.

Ibnu Hajar menyebutkan sebuah hadits, bahwa Haritsah bin Nu’man datang kepada Nabi saw ketika Nabi tengah mendoakan seseorang. Haritsah duduk dan tidak memberi salam. Jibril bertanya, “Kenapa ia tidak memberi salam, jika memberi salam niscaya akan kami balas salamnya”. Nabi menjawab, “Apakah engkau mengenal orang ini?” Jibril berkata, “Ya, dia adalah satu dari 80 orang yang bersabar dalam perang Hunain, dan diberi rizki oleh Allah serta diberi rizki anak-anak mereka akan masuk surga (Al Ishabah ,1/312). Subhanallah. Begitulah penghargaan Allah swt terhadap orang tua yang shalih.

Saudaraku, sampai di sini mengertilah kita makna perkataan Sa’id bin Musayyib, “lnni la ushalli fa adzkuru waladi, fa aziidu fi shalati; Sesungguhnya aku sholat, dan aku teringat dengan anakku, lalu kutambahkan lagi shalatku."

Di Kutip Dari Buku “Mencari Mutiara Di Dasar Hati”

Karya Muhammad Nursani, Penerbit Tarbawi

Nasihat-Nasihat Rasulullah Bagi Para Istri yang Mendambakan Surga

Nasihat untuk istri shalihah

1. Menerima dengan ikhlas kepemimpinan suami dan qanaah kepadanya

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalih ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)." (An-Nisa: 34)

“…. Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut. Tetapi para suami mempunyai kelebihan di atas mereka. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah: 228)

2. Keridhaan suami atas sikap istri adalah pintu surga bagi istri

“Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi Al-Hushain menjawab: “Sudah.” “Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?” tanya Rasulullah lagi. Ia menjawab: “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.” Rasulullah bersabda: “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad dan selainnya)

“Jika wanita mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, memelihara kemaluannya, dan menaati suaminya, maka dikatakan kepadanya (pada hari Kiamat): ‘Masuklah ke dalam Surga dari pintu manapun yang kamu suka’”. (HR. Ahmad)

3. Mentaati suami, kecuali dalam perkara maksiat

“Hanyalah ketaatan itu dalam perkara yang ma’ruf.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Ahmad)

“Dan para istri yang kalian khawatirkan (kalian ketahui dan yakini) nusyuznya maka hendaklah kalian menasihati mereka, meninggalkan mereka di tempat tidur, dan memukul mereka. Kemudian jika mereka menaati kalian maka janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka.” (An-Nisa`: 34)

“Rasulullah SAW pernah ditanya tentang isteri yang baik. Beliau menjawab: Apabila diperintah, ia selalu taat, apabila dipandang menyenangkan, dan ia selalu menjaga diri dan harta suami (manakala suaminya tidak ada)” (HR. Nasa`i)

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak ajakan suaminya melainkan yang di langit (penduduk langit) murka pada istri tersebut sampai suaminya ridha kepadanya.” (HR. Muslim)

"Tidaklah seorang mukmin mengambil manfaat setelah ketakwaan kepada Allah SWT yang lebih baik daripada istri shalihah: jika ia menyuruhnya, ia menaatinya; jika ia memandangnya, ia menyenangkan hatinya; jika ia bersumpah kepadanya, ia menunaikan sumpahnya; dan jia ia sedang pergi darinya, ia memelihara kesucian diri dan menjaga harta suaminya.” (HR. Ibnu Majah)

4. Membantu suami dalam menegakkan agama dan memelihara kehormatannya

“Harta yang utama adalah lisan yang senantiasa berdzikir, hati yang senantiasa bersyukur dan istri beriman yang membantu suami dalam menegakkan bangunan imannya”. (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)

“Wanita itu pemimpin di rumah suaminya.” (HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi)

“Sebaik-baiknya istri kalian ialah yang penuh kasih dan taat terhadap suaminya jika mereka bertakwa kepada Allah. Dan seburuk-buruk istri kalian ialah yang bersolek dan banyak akal (untuk memperdaya suaminya); mereka adalah munafik, yang tidak akan masuk Surga dari mereka kecuali seperti gagak yang kedua kaki dan paruhnya berwarna merah.” (HR. Abu Nu’aim)

“Wanita manapun yang menanggalkan pakaiannya di selain rumahnya, maka Allah merusak tabir-Nya darinya.” (HR. At-Tirmidzi)

5. Tidak keluar rumah kecuali atas izin suami

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. ….” (Al-Ahzab: 33)

“…..janganlah ia keluar rumah dalam keadaan suaminya tidak ridha.” (HR. Baihaqi dan Hakim)

“Jika istri salah seorang dari kalian meminta izin untuk pergi ke masjid, maka janganlah menghalanginya.” (HR. Bukhari, Muslim, dan yang lainnya)

“Shalatnya seorang wanita di rumahnya lebih utama dari shalatnya di kamarnya, shalatnya di bilik khususnya lebih utama dari shalatnya di rumahnya.” (HR. Abu-Dawud)

6. Tidak berpuasa sunnah kecuali atas izin suami

“Tidak halal bagi wanita melaksanakan puasa, sedangkan suaminya ada di rumah, kecuali dengan seizinnya.” (HR. Al-Bukhari, dan Muslim)

7. Tidak menyakiti suami, serta tidak menuntut kepadanya sesuatu yang tidak dibutuhkan dan melebihi kesanggupan suami

“Tidaklah seorang wanita menyakiti hati suaminya di dunia, melainkan istrinya yang berasal dari kalangan bidadari (di surga) berkata: ‘Jangan sakiti dia, semoga Allah membinasakanmu. Ia hanyalah seorang yang lemah yang nyaris meninggalkanmu (untuk pergi) kepada kami’ ” (HR. At-Tirmidzi)

“Ridhalah dengan apa yang Allah berikan kepadamu, niscaya engkau menjadi manusia paling kaya.” (HR. Al-Bukhari)

“Allah tidak memandang seorang wanita yang tidak berterima kasih kepada suaminya, padahal dia butuh kepadanya.” (HR. An-Nasai)

“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?”
Beliau menjawab: “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang dari mereka pada suatu masa, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata: ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari dan Muslim)

8. Tidak boleh mengizinkan seseorang masuk ke rumah suami kecuali dengan izin suami

“Ketahuilah, kalian memiliki hak terhadap istri-istri kalian dan mereka pun memiliki hak terhadap kalian. Hak kalian terhadap mereka adalah mereka tidak boleh membiarkan seorang yang tidak kalian sukai untuk menginjak permadani kalian dan mereka tidak boleh mengizinkan orang yang kalian benci untuk memasuki rumah kalian. Sedangkan hak mereka terhadap kalian adalah kalian berbuat baik terhadap mereka dalam hal pakaian dan makanan mereka.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibn Majah)

9. Tidak boleh menginfaqkan sebagian hartanya kecuali atas izin suami

“Seorang istiri tidak boleh menginfakkan sebagian harta suami kecuali dengan izinnya” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Hasan)

Berterima Kasihlah Kepada Istrimu

terima kasih kepada istri

Saya yakin Anda sepakat dengan saya bahwa keberhasilan suami dan anggota keluarga sangat ditentukan oleh dukungan istri. Hubungan yang buruk dengan istri bisa membuat suasana hati kacau dan berdampak pada buruknya kualitas pekerjaan sang suami. Oleh karena itu wahai suami, marilah berterima kasih kepada istri kita. Begitu pula, keberhasilan anak-anak sangat ditentukan oleh kiprah, sepak terjang dan pengorbanan sang ibu.

Pengorbanan istri begitu besar kepada keluarga. Diantara pengorbanan besar yang rela mereka lakukan adalah mengganti, “mengerem”, atau bahkan “mengubur” mimpi-mimpi mereka demi kepentingan keluarga. Orang sekelas Direktur Utama, ibu Karen Agustiawan, mengundurkan diri dari Pertamina salah satu alasanya untuk kepentingan keluarga.

Berani mengganti, “mengerem”, atau bahkan hingga “mengubur” mimpi bukanlah keputusan yang ringan. Sebab, dalam dunia personal development, semua pasti tahu pentingnya mimpi atau visi hidup. Visi atau mimpi hidup menjadi sumber energi bagi siapapun yang memilikinya. Ia menjadi kompas bagi yang telah menyusunnya. Ia menjadi sesuatu yang bisa membuat harga diri pembuatnya semakin tinggi bila terwujud.

Namun ternyata, seorang istri rela meletakkan itu semua demi kepentingan suami dan anaknya. Ia rela menjadi teman bicara sepanjang hari bagi anak dan suaminya. Ia rela belajar ilmu baru agar bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas anak dan suaminya. Ia sangat ingin anaknya tumbuh di atas rata-rata teman sebayanya. Ia menjadi mentor, coach, sahabat, dan sparing partner bagi anaknya.

Saat sang suami galau dan gelisah, istrilah orang pertama yang menjadi tempat curhatnya. Dan, hebatnya, istri menghentikan semua aktivitasnya demi ketenangan hati sang suami. Bukan hanya itu, ia rela mengalihkan menggunakan waktu produktifnya untuk suaminya dan mengorbankan semua aktivitasnya.

Kebahagiaanya adalah ketika suaminya melaju lebih cepat, berkembang menjadi “bintang” punya kepercayaan diri yang tinggi dan suami memiliki legacy yang ditinggalkan untuk semesta. Ia cukup bangga dengan itu semua, walau ia terkadang harus “mengubur” mimpi-mimpi hidupnya.

Wahai para suami, marilah kita berlomba untuk berterima kasih kepada istri kita.

Menjadi Ayah Hebat

Ayah hebat

Tak bisa dipungkiri bahwa peranan ayah sangat besar dan penting dalam suatu keluarga. Ayah memang bukan yang melahirkan buah hati tercinta, tetapi peranan ayah dalam tugas perkembangan anak sangat dibutuhkan. Tugas ayah selain untuk menafkahi keluarga, ayah juga diharapkan menjadi teman dan guru yang baik untuk anak.

Anak dalam masa perkembangannya membutuhkan segala pengetahuan disegala bidang. Di sinilah peranan ayah sangat penting. Kecerdasan anak sangat dipengaruhi oleh kromosom X, yakni kromosom yang berasal dari ibu. Faktor genetik memang sangat mempengaruhi perkembangan anak, tetapi tugas ayah pula dalam perkembangan otak dan nalar anak.

Dalam membicarakan kecerdasan anak, tak cukup dinyatakan dengan IQ (intelligence quotient). Sayangnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang tak memahami masalah ini. Masih banyak pula yang mengaitkan antara kecerdasan dengan IQ, padahal keduanya sama sekali berbeda.

Kecerdasan adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah dan berpikir rasional di dalam lingkungannya. Sedangkan IQ hanyalah nilai yang diperoleh melalui sebuah tes kecerdasan. Jadi, anggapan masyarakat tentang kedua hal ini sangatlah berbeda.

Kekurangan psikologis anak jika tak dibantu seorang ayah dalam perkembangannya akan mudah dijumpai. Kekurangan psikologis ini antara lain anak menjadi orang yang pesimis, kurang percaya diri, gangguan psikoseksual, sulit beradaptasi dengan lingkungannya, dan sulit mempunyai kepedulian sosial.

Memberi contoh kepemimpinan, membuat anak menjadi individu yang disiplin dan mandiri, mengajarkan anak bersosialisasi di lingkungannya dan mengajarkan berpikir rasional-logis adalah salah satu peranan ayah dalam keluarga.

Seorang ayah diharapkan juga untuk tidak memaksa anak melewati batas potensialnya. Hal ini memang banyak terjadi pada masa sekarang. Keseimbangan dalam kegiatan bersama anak sangat diperlukan, misalnya dengan kegiatan indoor-outdoor seperti rekreasi ke alam terbuka.

Kesadaran ayah dalam mendidik janganlah suatu tindakan yang terpaksa. Seorang ayah harus mengetahui apa yang anak perlukan darinya. Pada dasarnya, seorang ayah harus tahu bahwa posisinya itu harus menjadi pembimbing, guru, kawan dan pelindung. Menanamkan moral spiritual pada anak sepatutnya jangan lupa diberikan oleh ayah. Jika ayah tidak memberikan pendidikan moral spiritual, anak menjadi seorang dengan jiwa yang anarkis dan menjadi individu yang melanggar aturan atau norma.

Berikut ini adalah kiat-kiat menjadi ayah yang hebat:

1. Meluangkan waktu yang cukup untuk keluarga

2. Bermain dengan anak

3. Memberikan keteladanan dengan bijaksana

4. Mengakui kesalahan, meminta maaf, dan mengucapkan terima kasih kepada anak

5. Menjadi penyemangat dan pendukung anak

6. Menjadi pendengar yang baik jika anak sedang mengutarakan permasalahannya

7. Menghindari tindakan kasar yang merugikan fisik dan psikologi anak

8. Mengajak anak untuk berolah-raga dan tamasya

Anak harus merasa senang dan nyaman didampingi orang tuanya. Anak mempunyai cara belajar yang ia sukai, dan hal ini harus diperhatikan bagi orang tua. Situasi belajar yang baik dan efektif harus diciptakan. Dalam hal ini, ayah juga mempunyai peranan penting dalam memotivasi belajar anak dengan baik.

Jika hal ini dapat diterapkan oleh para ayah, maka akan banyak anak-anak Indonesia yang ceria dan bahagia.

Saling Menyejukkan Mata dan Menenteramkan Hati Pasangan

Saling Menyejukkan Mata dan Menenteramkan Hati

Pasangan halal yang baik gemar untuk tampil menyenangkan dan menjadi penyejuk mata bagi satu sama lain. Masing-masing berusaha untuk menjadi jawaban atas doa pasangannya,

"Dan orang-orang yang mengatakan,' Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami; istri-istri kami, dan keturunan kami sebagai penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.'" (QS. Al-Furqan: 74)

Lalu bagaimanakan caranya agar Anda bisa menjadi penyejuk mata dan hati pasangan Anda?

1. Tersenyumlah

Tersenyumlah ketika Anda membuka pintu untuk suami yang pulang dari kantor atau dari bepergian. Tersenyumlah ketika melihat istri Anda membuka pintu, tersenyumlah pada orang yang telah setia menunggu Anda pulang. Jadikanlah senyuman Anda hadiah terindah, dan hal terakhir yang dilihat oleh pasangan Anda sebelum mereka menutup mata untuk tidur. Tersenyumlah, karena memang tak ada alasan untuk tidak tersenyum.

2. Jagalah penampilan Anda (berhias/dandan)

Ibnu Abbas ra. mengatakan, "Saya ingin menjaga penampilan saya (berhias) untuk istri saya, sebagaimana halnya saya suka jika dia menjaga penampilannya (dandan) bagi saya. Hal ini karena Allah berfirman, "Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf." (QS. Al-Baqarah: 228). [Tafsir Ibnu Katsir]

Anda adalah satu-satunya orang yang boleh dipandang lekat-lekat oleh pasangan Anda dari ujung rambut hingga ujung kaki, jadi berusahalah untuk selalu tampil menarik. Sempatkanlah melihat diri Anda sendiri melalui cermin, apakah Anda sudah benar-benar tampil indah untuk orang yang Anda cintai, akankah pasangan Anda senang dengan penampilan Anda yang seperti itu? Berhias atau berdandan untuk pasangan sama pentingnya dengan makan dan minum atau kebutuhan sehari-hari lainnya.

Hanya butuh sekitar 20 menit untuk mandi, mengenakan pakaian yang menarik, menyisir rambut, memakai parfum, dan menambahkan make-up secukupnya. Menyempatkan diri untuk berdandan setiap hari untuk pasangan akan meningkatkan kebahagiaan pasangan Anda, dan itu artinya kebahagiaan Anda juga.

Selain berdandan, menjaga kebugaran tubuh dengan rutin berolahraga juga sangat penting. Tidak ada artinya Anda tampil menarik jika badan Anda tidak bugar atau mudah sakit. Cukup luangkan waktu untuk berolahraga rutin minimal 10 menit di pagi hari, setiap dua hari atau tiga hari sekali. Tidak ada yang lebih menarik selain pasangan yang pandai berdandan dan selalu tampak bugar.

3. Jadilah tempat bersandar dan pemberi dukungan yang setia.

Saat Anda sedih, atau saat Anda menghadapi masa-masa sulit, siapa yang terlintas di kepala Anda? Jika pasangan Anda adalah orang pertama yang terlintas di pikiran Anda, maka Anda memiliki pernikahan yang indah, Alhamdulillah. Karena memang itulah yang seharusnya dilakukan oleh pasangan suami-isteri: mereka saling melindungi dan menguatkan satu sama lain. Sebagaimana Rasulullah dengan isteri-isterinya.

Ketika Nabi menerima wahyu untuk pertama kalinya di Gua Hira, beliau pulang dengan tubuh gemetar ketakutan. Beliau mencari istrinya Khadijah untuk menenangkan diri. Rasulullah saw. berseru,

"Selimuti aku! Selimuti aku!"

Khadijah pun menyelimuti beliau dan membuatnya nyaman. Setelah Rasulullah saw. tenang, beliau menceritakan apa yang terjadi.

"Wahai Khadijah, Apa yang salah denganku? Aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi padaku."

Khadijah berkata, "Tidak, sesungguhnya engkau menerima kabar baik! Demi Allah. Allah tidak akan pernah menghinakan engkau. Engkau adalah orang yang menjaga hubungan baik dengan kawan-kawan dan kerabat, jujur, selalu membantu fakir miskin, menjamu tamu dengan murah hati, dan membantu orang-orang yang mengalami muslibah." (HR. Bukhari)

Jika bukan kepada pasangannya halalnya, lalu kepada siapa mereka mencari ketenangan dan dukungan? Inilah yang dimaksud dengan sakinah.

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum:21)

Wahai Para Suami, Berbuat Baiklah Kepada Istri dan Jauhi Sikap Kasar

suami kasar vs suami baik

Tetangga satu ini memang keterlaluan. Namanya Rahmat, namun tindakannya sama sekali tak mencerminkan keinginannya untuk memberi rahmat bagi orang-orang di sekitarnya, terutama kepada istrinya, Mirna. Kasihan sekali wanita mungil yang pendiam itu, karena kerap kali diperlakukan kasar oleh suaminya. Dibentak, dimarahi, sesekali ditampar atau dipukul.

Kita bukannya ikut campur urusan rumah tangga orang, tetapi jika kekasaran seperti itu terjadi di rumah mereka, tetangga lain otomatis akan mengetahuinya. Dari suara Rahmat yang menggelegar, serta bunyi barang pecah-belah yang dibanting, juga tanda bekas-bekas pukulan pada pipi Mirna, orang sudah mengerti apa yang terjadi.

Sangat disayangkan, ternyata pengalaman buruk dialami Mirna, banyak pula dialami oleh istri-istri lain di lingkungan kita. Nampaknya perilaku kasar seperti itu sering dianggap wajar oleh para suami, sehubungan dengan tugasnya sebagai pemimpin rumah tangga. Menurut mereka, itu adalah satu bentuk ketegasan dalam mendidik istri, dalihnya. Benarkah pendapat ini?

Allah memerintahkan dalam surah an-Nisa', ayat 19,

“Dan bergaullah kamu dengan istrimu dengan cara yang patut...”

Sebuah perintah yang sekilas nampak sederhana. Bukankah setiap orang disuruh berbuat ma'ruf? Juga termasuk suami kepada istrinya? Karena nampak sederhana, banyak orang tidak serius memahaminya. Padahal, yang dimaksud berbuat ma'ruf di sini sangat luas cakupannya. Dan nyatanya cukup sulit dilakukan oleh seorang laki-laki yang menjadi pemimpin.

Rasulullah saw adalah sebaik-baik teladan, sebaik-baik contoh perangai suami kepada istrinya. Beliau pernah bersabda, “Jagalah dia seperti memelihara barang pecah-belah.” Bisa Anda bayangkan bagaimana merawat barang yang mudah pecah itu? Beliau telah memberikan teladan yang begitu agung. Begitu lembut dan kasih berbicara dan berperilaku kepada istrinya.

Dalam sebuah hadits dikatakannya, “Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik kepada keluarganya, dan aku adalah yang terbaik dari kamu terhadap keluargaku. Orang yang memuliakan kaum wanita adalah orang yang mulia, dan orang yang menghina kaum wanita adalah orang yang tak tahu budi.” (HR. Abu `Asaakir).

Nah, kepada para suami, marilah bersama introspeksi diri, jangan-jangan satu kesalahan kecil saja kepada istri sudah membawa dosa besar buat kita. Perlu kita jaga ajaran Islam untuk berbuat ma'ruf kepada istri. Beberapa poin yang tercakup dalam perbuatan baik suami terhadap istri itu antara lain:

1. Bicara dengan lembut dan kasih sayang 

Cara laki-laki bicara memang berbeda dengan wanita. Laki-laki berbicara secara rasional, sesuai dengan kenyataan yang ada tanpa terlalu mempertimbangkan perasaan orang. Padahal bagi wanita soal perasaan adalah nomor satu. Itu sebabnya wanita kerap tersinggung dengan cara laki-laki berbicara yang to the point, yang kadang menyinggung perasaannya. Sementara laki-laki tak merasa berbuat kesalahan karena kurang memahami kehalusan perasaan istrinya.

Untuk itulah laki-laki perlu memperhalus gaya bicaranya jika berhadapan dengan wanita. Suara keras dan kasar yang bagi mereka biasa saja sudah bisa membuat hati wanita ciut dan gemetar. Apalagi jika diiringi raut muka marah dan menyeramkan. Mengecilkan volume suara serta menghaluskan intonasi suara akan membuat istri lebih nyaman mendengarnya.

2. Menasihati dengan halus 

Langsung membentak jika istri berbuat salah? Tidak boleh. Itu bukan perbuatan seorang pemimpin yang makruf. Ada tahapan reaksi yang sudah diatur al-Qur'an dalam menghadapi istri yang berbuat kesalahan. Tahapan pertama adalah memberi nasihat dengan kata-kata yang baik dan halus.

“Dan wanita-wanita yang kamu khawatirkan kedurhakaannya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Dan jika mereka menaatimu maka janganlah kamu mencari-cari (jalan) untuk menyusahkannya.” (QS. An-Nisa': 34)

Jika dengan nasihat kata-kata yang baik istri belum bisa berubah, upaya berikutnya dengan menahan kebutuhan seksualnya (pisahkanlah dari tempat tidur mereka). Menurut para ahli, setidaknya suami tidak melayani hubungan badan selama empat bulan sebagai "hukuman" yang efektif untuk kesalahan istri. Sampai batas empat bulan jika belum ada perubahan, barulah sampai pada tahap pukulan. Itupun dengan batasan berikut,

“Jika ia tidak mematuhi perintahmu, berilah dia pukulan yang tidak menyakitkan. Jangan dipukul mukanya dan jangan gunakan kata-kata kotor,” (al-Hadis). Nah, aturannya sudah ditegaskan oleh Rasulullah, namun mengapa masih banyak suami yang terlalu cepat membentak dan memukul istrinya sebelum memenuhi tahapan-tahapan di atas? Dan bahkan masih banyak pula yang menggunakan kata-kata kotor untuk memaki istrinya. Na'udzu billah, mereka inilah seburuk-buruknya suami.

3. Mengerti kebutuhan istri 

Karakter munculnya gairah seksual antara laki-laki dan wanita ternyata jauh berbeda. Laki-laki relatif lebih mudah terbangkit gairah seksualnya walau hanya mendapat rangsangan lewat mata, telinga atau hidung. Dan jika laki-laki telah terbangkitkan gairahnya, ia membutuhkan pemuasan secepatnya, karena sebagian besar otaknya menjadi buntu karenanya.

Sebaliknya dengan wanita, mereka lebih sulit untuk terbangkitkan gairah seksalnya. Perlu rangsangan kuat pada bagian-bagian tertentu dalam waktu agak lama hingga perlahan gairah itu akan bangkit. Suami yang tak peduli pada karakter seksual wanita ini sering berbuat seenak hatinya sendiri, tak mau menunggu istri, asal keinginannya terpuaskan dan segera merekapun tertidur.

Rasulullah mengajarkan kepada suami yang baik untuk membuat rayuan pemanasan terlebih dulu. Bahkan sebelum pasangan ini berada di ranjang, mulailah pendekatan dengan kata-kata lembut, pandangan mata lekat dan sentuhan-sentuhan ringan di bahu serta pinggang istri baik di dapur maupun ruang keluarga. Sebelum mulai bercinta pun suami harus banyak mengajak istrinya membicarakan hal-hal ringan yang menggembirakan dan menggairahkan istri terlebih dahulu. Memperbanyak dan memperlama sentuhan pada bagian-bagian sensitif tubuh istri pun akan membantu mempercepat tumbuhnya gairah istri. Hingga ketika suami telah siap berejakulasi pun ia harus menanti hingga istrinya berada pada puncak kenikmatan, dan bersama-samalah keduanya menikmati titik kepuasan.

Etika bersenggama yang indah ini belum banyak dipraktekkan oleh para suami. Kenyataannya begitu banyak istri yang mengaku melayani suami tanpa turut menikmati kepuasan, akibat terlalu tergesa-gesanya suami mencapai kepuasannya sendiri tanpa mempedulikan perasaan dan kebutuhan istri. Akhirya, banyak istri hanya melakuan senggama atas dasar kewajiban sebagai istri, terpaksa maupun ikhlas.

4. Sabar walau tak suka 

Pada akhirnya, setelah waktu berjalan dan pernikahan telah melalui beragam onak dan duri, bisa saja timbul ketidakcocokan antara suami dan istri. Tak peduli kesalahan terletak di pihak yang mana, yang jelas saling menyalahkan tak akan ada gunanya. Betapa pun buruknya akhlaq istri, bukankah dia pilihan suami sendiri? Mereka yang sudah siap menikah berarti harus siap dengan segala risikonya. Jika sekarang baru terasa risiko ketidakcocokannya, suami pun harus siap dengan jalan yang telah ia pilih.

Sebagai pemimpin, suami bisa dengan sebelah tangan mencerai istri dan mencari ganti lain yang lebih ia sukai. Tetapi tindakan ini sungguh dibenci Allah. Suami yang berakhlaq baik akan menahan diri, mencoba bersabar dan berusaha mencari sisi-sisi lain kebaikan istrinya yang masih tersisa. Seperti diperintahkan Allah dalam surat an-Nisa', ayat 19,

“Dan bergaullah dengan mereka (istri-istri) secara patut, maka jika kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah), karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”